Senin, 24 Desember 2018

Keutamaan dan tata cara sujud tilawah




Apa itu sujud tilawah?

Sujud tilawah adalah sujud di luar solat yang dilakukan setelah membaca ayat sajdah.

Apa itu ayat sajdah?

Ayat sajdah adalah ayat dalam alquran yang ketika kita selesai membacanya di sunahkan untuk bersujud.

Rujukan hukum:
Hadits Riwayat al-bukhori dan muslim

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْآنَ، فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ، وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ
 "Adalah rasulullah saw membacakan al-quran kepada kita, maka ketika melewati ayat As-sajdah beliau bertakbir dan bersujud, dan kami pun bersujud bersamanya".

Lalu, seperti apa ayat sajdah?

Di dalam al-quran terdapat 15 ayat sajdah yang biasanya ditandai dengan tulisan السّجده atau ۩ tanda seperti kubah.
Adapun surat - surat yang memiliki ayat sajdah adalah sebagai berikut:
  1. Surat al-a'raf ayat 206
    اِنَّ الَّذِيْنَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِهٖ وَيُسَبِّحُوْنَهٗ وَلَهٗ يَسْجُدُوْنَ ۩۝

    innallaziina 'inda robbika laa yastakbiruuna 'an 'ibaadatihii wa yusabbihuunahuu wa lahuu yasjuduun

    "Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud."
  2. Ar-ra'd ayat 15
    وَلِلّٰهِ يَسْجُدُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّظِلٰلُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ ۩۝ wa lillaahi yasjudu man fis-samaawaati wal-ardhi thou'aw wa kar-haw wa zhilaaluhum bil-ghuduwwi wal-aashool

    "Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa, (dan sujud pula) bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang hari."
  3. An-nahl ayat 50
    يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِّنْ فَوْقِهِمْ  وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ۩۝
    yakhoofuuna robbahum min fauqihim wa yaf'aluuna maa yu`maruun

    "Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)."
  4. Al-isra' ayat 109
    وَيَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا ۩۝
    wa yakhirruuna lil-azqooni yabkuuna wa yaziiduhum khusyuu'aa

    "Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk."
  5. Maryam ayat 58
    اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍ ۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْرَآءِيْلَ ۖ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا ۩۝
    ulaaa`ikallaziina an'amallohu 'alaihim minan-nabiyyiina min zurriyyati aadama wa mim man hamalnaa ma'a nuuhiw wa min zurriyyati ibroohiima wa isrooo`iila wa mim man hadainaa wajtabainaa, izaa tutlaa 'alaihim aayaatur-rohmaani khorruu sujjadaw wa bukiyyaa

    "Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya'qub), dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis."
  6. Al-hajj ayat 18
    اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَ الْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَآ بُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِ ۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّكْرِمٍ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَآءُ ۩۝
    alam taro annalloha yasjudu lahuu man fis-samaawaati wa man fil-ardhi wasy-syamsu wal-qomaru wan-nujuumu wal-jibaalu wasy-syajaru wad-dawaaabbu wa kasiirum minan-naas, wa kasiirun haqqo 'alaihil-'azaab, wa may yuhinillaahu fa maa lahuu mim mukrim, innalloha yaf'alu maa yasyaaa`,

    "Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata, dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barang siapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki."
  7. Al-hajj ayat 77
     يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَ اعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوْا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ۩ ۝ 
    Yaaa ayyuhallaziina aamanurka'uu wasjuduu wa'buduu robbakum waf'alul-khoiro la'allakum tuflihuun

    "Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung."
  8. Al-furqon ayat 60
    وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اسْجُدُوْا لِلرَّحْمٰنِ قَالُوْا وَمَا الرَّحْمٰنُ اَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُوْرًا ۩۝
    wa izaa qiila lahumusjuduu lir-rohmaani qooluu wa mar-rohmaanu a nasjudu limaa ta`murunaa wa zaadahum nufuuroo

    "Dan apabila dikatakan kepada mereka, Sujudlah kepada Yang Maha Pengasih, mereka menjawab, Siapakah Yang Maha Pengasih itu? Apakah kami harus sujud kepada Allah yang engkau (Muhammad) perintahkan kepada kami (bersujud kepada-Nya)? Dan mereka makin jauh lari (dari kebenaran)."
  9. An-naml
    اَللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ۩۝
    allohu laaa ilaaha illaa huwa robbul-'arsyil-'azhiim

    "Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang agung."
  10. As-sajdah ayat 15
    اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ
    innamaa yu`minu bi`aayaatinallaziina izaa zukkiruu bihaa khorruu sujjadaw wa sabbahuu bihamdi robbihim wa hum laa yastakbiruun.

    "Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri."
  11. Shod ayat 24
    قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ اِلٰى نِعَاجِهٖ ۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْخُلَـطَآءِ لَيَبْغِيْ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَقَلِيْلٌ مَّا هُمْ ۗ وَظَنَّ دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهٗ وَخَرَّ رَاكِعًا وَّاَنَابَ۟ ۩۝
    qoola laqod zholamaka bisu`aali na'jatika ilaa ni'aajih, wa inna kasiirom minal-khulathooo`i layabghii ba'dhuhum 'alaa ba'dhin illallaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati wa qoliilum maa hum, wa zhonna daawuudu annamaa fatannaahu fastaghfaro robbahuu wa khorro rooki'aw wa anaab

    "Dia (Dawud) berkata, Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu. Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat."
  12. Fusshilat ayat 38
    فَاِنِ اسْتَكْبَرُوْا فَالَّذِيْنَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُوْنَ لَهٗ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْئَـمُوْنَ ۩۝
    fa inistakbaruu fallaziina 'inda robbika yusabbihuuna lahuu bil-laili wan-nahaari wa hum laa yas`amuun

    "Jika mereka menyombongkan diri maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya pada malam dan siang hari, sedang mereka tidak pernah jemu."
  13. An-najm ayat 62
    فَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ وَاعْبُدُوْا ۩۝
    fasjuduu lillaahi wa'buduu

    "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)."
  14. Al-insyiqoq
    وَاِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْاٰنُ لَا يَسْجُدُوْنَ ۩۝
    wa izaa quri`a 'alaihimul-qur`aanu laa yasjuduun

    "Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak (mau) bersujud," 
  15. Al-'alaq ayat 19
    كَلَّا ۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩۝
    kallaa, laa tuthi'hu wasjud waqtarib

    "sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah)."

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa hukum sujud tilawah adalah sunah. Rujukan hukumnya adalah Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah:
"Sesungguhnya seorang pemuda membaca ayat sajdah di samping rasulullah SAW.. Ia menunggu nabi Muhamad SAW. bersujud, tetapi beliau tidak bersujud. Maka ia bertanya, "wahai rasulullah, apakah tidak ada sujud pada ayat sajdah ini?. Beliau menjawab, "ada, tetapi engkau menjadi imam kami dalam hal ini (karena engkau yang membaca). Jika engkau bersujud, pasti kami pun bersujud."

Dari Hadits tadi mengisyaratkan bahwa sujud tilawah hukumnya bukan wajib tapi sunah, terlebih lagi dalam sholat, jika imam tidak melakukan sujud tilawah setelah membaca ayat sajdah, maka makmum tidak boleh melakukan sujud tilawah. Karena sebagai makmum harus mengikuti gerakan setelah imam dan tidak boleh mendahului imam.

Memangnya apa sih keutamaan sujud tilawah?.

Keutamaan sujud tilawah dijelaskan oleh rasulullah SAW. dalam Hadits riwayat Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah:
"Apabila anak adam membaca ayat sajdah, lalu ia bersujud, maka setan menyingkir sambil menangis, dan berkata. "sungguh celaka! anak adam telah diperintahkan untuk bersujud, lalu ia bersujud, maka baginya surga. Aku telah diperintahkan untuk bersujud, lalu durhaka, maka bagiku neraka."

Lalu bagaimana tata cara sujud tilawah?.
  1. Suci dari hadats dan najis, dalam keadaan berwudhu.
  2. Menghadap ke arah kiblat.
  3. Setelah selesai membaca ayat sajdah mengucap takbir kemudian melakukan satu kali sujud.
  4. Saat sujud membaca doa seperti berikut:
    سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحۡسَنُ الخَالِقِيۡنَ
    sajada wajhiya lilladzii kholaqohuu washowwarohuu, wasyaqqo sam'ahuu wabashorohuu, bihaulihii waquwatihii, fatabaarokalloohu ahsanul khooliqiin.

    "wajahku telah bersujud kepada-Nya, yang dengan kemampuan dan kekuatan-Nya telah menciptakan dan mencatikan wajah, serta menghiasi wajah dengan pendengaran dan penglihatan. Maha suci Allah, sebaik - baik pencipta
  5. Setelah bangun dari sujud, lalu duduk tanpa membaca tahiyat.
  6. Diakhiri salam

Lalu bagaimana prakteknya jika dalam keadaan sholat?.
Seperti yang dijelaskan pada point - point di atas hanya saja jika dalam sholat, setelah membaca ayat sajdah tidak mengangkat kedua tangan saat bertakbirotul ikhrom, setelah takbir langsung sujud dan berdo'a saat sujud, kemudian kembali bangun melanjutkan bacaan surat jika ayat sajdahnya berada di tengah - tengah surat, kemudian menyempurnakan sholat hingga tahiyat akhir dan mengucap salam.

Bolehkah membaca do'a sujud tilawah menggunakan do'a sujud sebagaimana sholat?.

Menurut imam nawawi yang juga termasuk kedalam ulama syafi'iah, memperbolehkan membaca doa sujud tilawah menggunakan doa yang biasa digunakan dalam sujud di waktu sholat.
Wallohu a'lam bisshowab

Sumber :

  1. Al-quranul karim
  2. N.U. Online
Read More

Senin, 10 Desember 2018

20 Sifat - sifat Allah yang wajib diketahui beserta dalil aqli dan dalil naqli




Sifat 20 adalah sifat - sifat Allah yang wajib diketahui oleh kita umat islam yang sudah aqil baligh. Dengan mengetahui sifat - sifat Allah itu artinya kita mengenal Allah dengan kesempurna'an sifat - sifatnya yang layak dengan kebesaran dan ke agunganNya. Sebaliknya, tidak mungkin Allah mempunyai sifat - sifat yang tidak layak dan mencemarkan derajat ketuhanan, serta kuasanya, semua sifat itu dalam ilmu tauhid disebut sifat wajib bagi Allah. Dalam artian kita sebagai hamba wajib mengetahui sifat - sifat yang dimiliki Allah, kesempurnaan sifat yang tidak dimiliki oleh makhluk. Sifat 20 ini tidaklah membatasi sifat - sifat Allah yang tidak terhingga, karena semua kesempurnaan sifat hanya milik Allah.

Adalah imam Abu Hasan Asy'ari yang hidup di abad ke dua dan ke tiga tahun hijriyah, yang diakui oleh ulama sedunia sebagai orang yang berjasa dalam dunia islam karena telah mengembalikan aqidah yang sempat kacau karena pemahaman - pemahaman radikal yang tidak sesuai dengan al-quran dan Hadits pada zaman itu dengan merumuskan sifat 20 yang diakui sebagai identitas aqidah yang lurus karena tidak keluar atau menyimpang dari al-quran dan assunah.

Adapun kontroversi tentang sifat 20 ini, saya harap tak menjadikan kita saling mencaci, saling mengejek, saling membenci, apalagi memvonis sesat satu sama lain. Karena apa yang saya tulis adalah sesuai dengan apa yang saya dapat dari guru - guru yang memegang teguh pentingnya menghormati para ulama, manhaj ilmu yang tersambung dengan ulama terdahulu hingga sampai ke rasulullah saw. karena tanpa jasa para ulama tidaklah mungkin kita memahami ilmu agama, karena dari kitab - kitab karangan mereka lah guru - guru kita mengambil rujukan hukum yang bersumber dari alquran dan Hadits. apalah kita yang baru hafal beberapa Hadist maupun ayat alquran apalagi hanya sebatas terjemahan tanpa didasari ilmu alat, dibandingkan para ulama salaf yang jelas - jelas diakui keilmuannya oleh ulama sedunia sebagai mujtahid.

Jadi jika ada pembaca yang tidak setuju dengan jumhur ulama sebagai rujukan akan tetapi lebih suka langsung ke Alquran dan Hadits, saya harap tidak mengurangi rasa persaudaraan kita sebagai umat yang seagama.
Mohon dikoreksi jika ada yang kurang atau salah dalam penulisan.

Kembali ke pokok bahasan yaitu sifat 20.
Sifat - sifat wajib bagi Allah yang 20, di kelompokan menjadi 4 yaitu sifat nafsiyah (sifat yang berhubungan dengan dzat Allah), sifat salbiyah (sifat yang meniadakan sifat sebaliknya), sifat ma'ani (sifat - sifat abstrak yang wajib ada pada Allah) dalam artian sifat - sifat tersebut tidaklah serupa dengan makhluk dan tidak bisa dijangkau oleh nalar dan kuasa manusia, dan terakhir sifat ma'nawiyah (kelaziman dari sifat ma'ani) artinya sifat ma'nawiyah merupakan definisi dari sifat - sifat ma'ani. Seperti misalnya sifat ilmu yang artinya mengetahui sudah pasti bahwa Allah bersifat alimun memiliki pengetahuan (berilmu).



berikut ini sifat 20 yang saya rangkum dari beberapa sumber yang insya Allah informasinya valid bukan asal - asalan:
  1. صفۃ نفسيه :
    وُجُدۡ
    (Wujud) artinya ada mustahil tidak ada (adam)

    Dalil aqli:
    adanya alam semesta karena ada yang menciptakan, karena tidak mungkin adanya langit, bumi dan seisi jagad raya terbentuk dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan.

    Dalil naqli:
    بَدِيۡعُ الۡسَّمٰوٰتِ وَالۡاَرضِۗ اَنّٰی يَكُوۡنُ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ صَاحِبَۃٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيۡئٍۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡئٍ عَلِيۡمٌ ۝
    "Dia (Allah) pencipta langit dan bumi. Bagaimana mungkin dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan dia mengetahui segala sesuatu". ﴾Al-an'am ayat 102﴿

    صفۃ سلبيه :
  2. قِدَمۡ (Qidam) artinya dahulu, mustahil baru (hudus).

    Dalil Aqli:
    Adanya ciptaan Allah menandakan bahwa Allah lebih dulu ada. Allah ada tidak ada yang mengadakan, tidak bermulaan dan tidak berkesudahan, sedangkan alam semesta dan makhluk lainnya adalah hal baru karena semua makhluk diciptakan dan mempunyai sebab kejadiannya.

    Dalil naqli:
    هُوَ الۡاَوَّلُ وَالۡاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالۡبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡئٍ عَلِيۡمٌ ۝
    Artinya:
    "Dialah yang awal dan yang akhir, yang dzahir dan yang bathin dan dia mengetahui segala sesuatu".
  3. بَقَاءۡ (Baqo) artinya kekal, mustahil lenyap (fana).

    Dalil Aqli:
    setiap makhluk akan mengalami fana yang artinya menua atau lapuk dimakan waktu lalu mati atau lenyap, tetapi tidak berlaku bagi Allah karena makhluk tidak layak disejajarkan dengan Allah.

    Dalil naqli:
    كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٍ ۝ وَيَبۡقٰی وَجۡهُ رَبِّكَ ذُوۡالجَلَالِ وَالاِكۡرَامِ ۝
    Artinya:
    "Semua yang ada di bumi ini akan binasa".
    "Dan tetap kekal dzat tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".
  4. مُخَالَفَۃُ لِلۡحَوَادِثِ (mukholafatu lilhawaditsi) artinya berbeda dengan makhluknya, mustahil sama dengan makhluknya (muma silatu lilhawaditsi).
    Dalil aqli:
    Allah sebagai tuhan yang layak disembah tidaklah bisa di samakan dengan makhluknya yang mempunyai keterbatasan karena kuasa Allah tidak ada batasnya dan sifatnya yang maha sempurna.
    Dalil naqli:
    لَيۡسَ كَمِثۡلِهِ شَيۡءٌ وَهُوَ السَّمِيۡعُ البَصِيۡرُ ۝
    Artinya: "Tak ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia (Allah) dan dia(Allah) maha mendengar dan maha melihat" {Asy syu'ro ayat 11}
  5. قِيَا مُهُ بِنَفۡسِهِ (qiyamuhu binafsihi) artinya berdiri sendiri, mustahil butuh kepada yang lain (qiyamuhu bighoirihi).
    Dalil aqli:
    Allah menciptakan makhluknya bukan berarti dia butuh kepada makhluk tapi sebaliknya dia mengurus semua makhluknya karena tanpa Allah semua makhluk tidak bisa apa - apa. Allah tidak bersandar kepada makhluk ciptaanNya tapi sebaliknya semua makhluk bergantung kepadaNya.
    Dalil naqli:
    اَللّٰهُ لَا اِلَهَ اِلَّا هُوَ الحَيُّ القَيُّوۡمُ ۝
    Artinya:
    "Allah tidak ada tuhan melainkan dia, yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri".
  6. وَحۡدَانِيَۃۡ (wahdaniyah) artinya esa / satu, mustahil berbilang atau bersekutu (ta'adud).
    Dalil aqli:
    Keesaan Allah adalah mutlak dalam segala hal, baik dzat, sifat maupun perbuatanNya. Keesaan Allah tidak terdiri atas perpaduan beberapa unsur. Dia maha sempurna tidak ada cacat atau kekurangan, dia maha tunggal tidak butuh perantara apapun untuk disembah, tidak beranak atau diperanakan yang mencemarkan konsep ketuhanan.

    Dalil naqli:
    قُلۡ هُوَاللّٰهُ اَحَدٌ ۝ اَللّٰهُ الصَّمَدٌ ۝ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ ۝ وَلَمۡ يَكُنۡ لَهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ۝
    Artinya:
    "Katakanlah. Dialah Allah yang maha esa. Allah adalah tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia". ﴾Al-ikhlas ayat 1 - 4﴿

    صفۃ معاني :
  7. قُدۡرَۃۡ (qudrat) artinya kuasa, mustahil lemah (ajzu).

    Dalil aqli:
    Kekuasaan Allah tak terbatas yang tidak bisa dijangkau oleh otak manusia, Allah berbuat sesuai kehendaknya yang tidak bisa dicegah oleh siapapun kecuali atas kehendak Allah sendiri.

    Dalil naqli:
    إِنَّ اﷲَ عَلٰی كُلِّ شَيۡئٍ قَدِيۡرٌ ۝
    "Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu" ﴾Al-baqoroh ayat 20﴿
  8. إِرَادَۃۡ (Irodat) artinya berkehendak, mustahil terpaksa (karohah).
    Allah berkehendak atas kemauan dan pilihanNya bukan kebetulan atau terpaksa. Segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah. Ini berlaku untuk semua makhluk dan segala hal karena tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika dia berkata "jadi", maka jadilah.

    Dalil naqli:
    اِنَّمَآ اَمۡرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيۡئًا اَنۡ يَّقُوۡلَ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ ۝
    Artinya:
    "Sesunggungnya urusanNya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya "jadilah", maka jadilah sesuatu itu".
  9. عِلۡمُ (ilmu) artinya mengerti, mustahil bodoh (jahlun).

    Dalil aqli:
    Pengetahuan Allah tidak terbatas meliputi segala hal, baik yang lahir maupun yang tersembunyi. Jika dibandingkan dengan manusia, maka ilmu manusia bagaikan setetes air di tengah lautan. Dan Allah lebih faham apa yang kita butuhkan dibandingkan diri kita sendiri.

    Dalil naqli:
    وَاَسِرُّوۡ قَوۡلَكُمۡ اَوِجۡهَرُوۡ بِهِۗ إِنَّهٗ عَلِيۡمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوۡرِ ۝
    "Dan rahasiahkanlah perkataanmu atau nyatakanlah. sungguh, dia maha mengetahui segala isi hati". ﴾Al-mulk ayat 13﴿

    اَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَۗ وَهُوَ لَطِيۡفُ الۡخَبِيۡرُ ۝
    "Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui?. Dan Dia maha halus, maha mengetahui". ﴾Al-mulk ayat 14﴿
  10. حَيَاۃۡ (hayat) artinya hidup, mustahil mati (maut).

    Dalil aqli:
    Allah adalah sumber kehidupan karena Allah lah yang menciptakan kehidupan. Jika Allah mati maka niscaya kehidupan pun mati karena Allah yang menjaga dan merawat kehidupan, tapi sebaliknya Allah tidak membutuhkan perawatan dari siapa pun. Berbeda dengan makhluk yang mempunyai sifat fana. Allah tidak mengantuk, merasa lelah, sakit, rusak, mati atau musnah.

    Dalil naqli:
    وَتَوَكَّلۡ عَلَی الۡحَيِّ الَّذِيۡ لَا يَمُوۡتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهۗ وَكَفٰی بِه بِذُنُوۡبِ عِبَادِهِ خَبِيۡرًا ۝
    Artinya:
    "Dan bertawakalah kepada Allah yang hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memujiNya. Dan cukuplah Dia yang Maha mengetahui dosa hamba - hambaNya". ﴾Al-furqon ayat 58﴿
  11. سَمَعۡ (sama') artinya mendengar, mustahil tuli (summun).

    Dalil aqli:
    Allah mendengar segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik suara yang dijaharkan atau disirkan bahkan isi hati. Mustahil jika Allah tuli karena Allah Maha mendengar do'a dari hamba - hambanya.

    Dalil naqli:
    وَاِذۡ يَرۡفَعُ اِبۡرَاهِيۡمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَيۡتِ وَاِسۡمٰعِيۡلُۗۗ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّاۗ اِنَّكَ اَنۡتَ السَّمِيۡعُ الۡعَلِيۡمُ ۝
    Artinya:
    "Dan ingatlah ketika Ibrohim meninggikan pondasi baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), ya tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, engkaulah yang Maha mendengar, Maha mengetahui".
  12. بَصَرۡ (Bashor) artinya melihat, mustahil buta (umyun).

    Dalil aqli:
    Melihatnya Allah tentu berbeda dengan makhlukNya yang menggunakan indra penglihatan. Allah Maha melihat dengan cara yang layak bagiNya sehingga terbuka bagiNya segala yang ada.

    Dalil naqli:
    اِنَّ اللّٰهَ يَعۡلَمُ غَيۡبَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيۡرٌ بِۢمَا تَعۡمَلُوۡنَ ۝
    Artinya: "Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghoib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan".
  13. كَلَامۡ (kalam) artinya berfirman, mustahil bisu (bukmun).

    Pembicaraan Allah disebut "kalamullah". Kalam Allah di sampaikan kepada para rosul baik secara langsung mau pun melalui perantara malaikat jibril. Wujud kalamullah bisa berupa kitab suci seperti Al-quran yang berisi perintah, kisah - kisah orang sholeh dan masih banyak lagi, sebagai pedoman dan wajib kita imani. Dan hanya kepada nabi Musa lah Allah berfirman tanpa perantara malaikat jibril.

    Dalil naqli:
    وَرُسُوۡلًا قَدۡ قَصَصۡنٰهُمۡ عَلَيۡكَ مِنۡ قَبۡلُ وَرُشُوۡلًا لَمۡ نَقۡصُصۡهُمۡ عَلَيۡكَۗ وَكَلَّمَ اﷲُّ مُوۡسٰی تَكۡلِيۡمًا ۝
    Artinya:
    "Dan ada beberapa rosul yang kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya dan ada beberapa rosul (lain) yang tidak kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung".

    صفۃ معنويه :
  14. Penjelasan sifat - sifat ma'nawiyah seperti قَادِرٌ (qodirun) artinya berkuasa, مُرِيۡدٌ (muridun) artinya berkehendak, عَالمٌ (alimun) artinya mengetahui, حَيٌّ (hayun) artinya hidup, سَمِيۡعٌ (sami'un) artinya mendengar, بَصِيۡرٌ (bashirun) artinya melihat, مُتَكَلِمٌ (mutakallimun) artinya berfirman, sudah terwakili oleh sifat - sifat ma'ani yang sudah dijelaskan di atas.
    Semoga bermanfaat.

Sumber :
  1. N.U. Online | dalil dan penjelasan tentang 20 sifat wajib bagi Allah
  2. Kitab sifat 20 bahasa sunda.
Read More

Jumat, 07 Desember 2018

Belajar tajwid | Hukum mim dan nun tasydid





Hukum mim dan nun tasydid adalah huruf wajib yang menjadi ciri gunnah.
Secara bahasa gunnah adalah suara yang menekan keluar dari lubang hidung.
صَوۡتٌ اُرِنُ يَخۡرُجُ مِنَ الۡخَيۡشُوۡمِ

Gunnah dibagi 2 yaitu:
  1. Gunnah ashliyah اصليه.yaitu gunnah yang tidak berhubungan dengan kalimat yang lain.

    seperti contoh:
    ثُمُّ "tsumma".
    إنَّا "innaa".

  2. Gunnah aridhiyah عرضيه. yaitu gunnah yang berhubungan dengan kalimat lain yang juga disebut gunnah musyaddad غنّه مشدّد. br/>
    Seperti contoh:
    وَآمَنَهُمۡ مِّنۡ terjadi gunnah karena ada hukum idghom mitslain. مۡ bertemu dengan huruf م

    Gunnah ketika di ujung kalimat atau waqof tidak merubah hukumnya, wajib dibaca gunnah yang berdengung keluar dari lubang hidung, dibaca panjang 2 harokat.
Simulasi


إِنَّآ اَعۡطَيۡنَاكَ الۡكَوۡثَرَ۝
"Innaaaaaa a'athoinakal kautsar"

فَصَلِّ لِرَبِكَ وَنۡحَر ۝ "Fasholli lirobbika wanhar"

اِنَّ شَانِءَكَ هُوَ الۡاَبۡتَرُ۝
"Inna syaaniaka huwal abtar"

silahkan anda tentukan sendiri
yang mana gunnah?..
yang mana harfu layin?..
yang mana madthobi'i?..
yang mana alif lam qomariyah?..
dilihat dari ciri - cirinya menurut ilmu tajwid.

wallahu a'alam bishowab.
Read More

Jumat, 30 November 2018

Belajar tajwid | Hukum mim sukun




Mim sukun apabila bertemu dengan huruf hijaiya maka hukumnya terbagi menjadi 3 bagian:
  1. Ikhfa Syafawi. إخفاء شفوي
    فَالۡاَوَّلُ الۡاِخۡفَاءُ قَبۡلَ الۡبَاءِ. وَسَمِّهِ شَفۡوِيِّ لِلۡقُرَاءِ

    Hukum ikhfa syafawi berlaku pada huruf "ba" ( ب ) jika sebelumnya ada huruf mim sukun ( مۡ ).
    Ikhfa Syafawi mempunyai 1 huruf saja sebagai ciri hukumnya, yaitu huruf ب.

    Contoh:
    هُمۡ بِاَسمَٓاءِ ada mim sukun ( مۡ) bertemu dengan huruf ba (ب)
     كُنۡتُمۡ بِه ada huruf mim sukun ( مۡ ) bertemu dengan huruf ba ( ب )
  2. Idgom Mutama tsilain / Idghom mitslain. إدغام متما ثلين
    وَالۡثَّانِ إِدۡغَامٌ بِمِثۡلِهَا اَتَی. وَسَمِّ إِدۡغَامًا صَغِيۡرَا يَافَتَی

    Hukum idghom mutama tsilain berlaku pada huruf mim (م) jika bertemu huruf mim sukun ( مۡ ).
    Idghom mutama tsilain hanya mempunya 1 huruf yang menjadi ciri hukumnya, yaitu huruf mim ( مۡ).

    Contoh:
    تِيَنَّكُمۡ مِ ada mim sukun (مۡ) bertemu dengan huruf mim ( م )
     نَجَّيۡنٰكُمۡ مِنۡ
    ada mim sukun (مۡ) bertemu dengan huruf mim ( م )
  3. Idzhar syafawi. إظهر شفوي
    وَالۡثَّالِثُ الۡاِظۡهَارُ فِی الۡبَقِيَه. مِنۡ اَحۡرُفِ وَسَمِّهَا شَفۡوِيَه


    Hukum Idzhar safawi berlaku untuk semua huruf hijaiya dari huruf ا sampai ي kecuali huruf mim ( ب ) dan ( م ) jika bertemu dengan huruf mim sukun ( مّ ).

    Contoh:
     رَبِّكُمۡ عَظِيۡم
    ada mim sukun ( مۡ )bertemu dengan huruf ain ( ع )
     وَاَنۡتُمۡ تَنۡظُرُوۡن ada mim sukun ( مۡ) bertemu dengan ta ( ت ).

    wallahu a'alam bishowab.
Read More

Belajar tajwid | Hukum nun sukun dan tanwin





Pada dasarnya harokat tanwin dan nun sukun itu sama dalam pengucapannya yaitu sama - sama berakhiran "N" atau makhroj "nun" nya diucapkan, Akan tetapi beda makna.
Seperti contoh:

كِتٰبٌ dibaca "kitaabun"
كِتٰبُنۡ dibaca "kitaabun"


Nah dalam ilmu tajwid, hukum nun mati dan tanwin akan berubah pengucapannya tergantung huruf setelahnya, tidak selalu diucapkan "an" "in" "un" bahkan makhroj nun nya sama sekali tidak diucapkan. seperti contoh:

صُمٌّ بُكۡمٌ dibaca "shummum bukmun" tidak dibaca "shummun bukmun" padahal ada dhomah tain yang seharusnya dibaca "un".

kenapa bisa begitu?..
Ada penjelasannya, insya Allah akan saya jelaskan di artikel ini.

Hukum nun mati dan tanwin

لِلنُّوۡنِ إِنۡتَسۡكُنۡ وَلِلتَّنۡوِيۡنِ اَرۡبَعُ اَحۡكَمُ فَخُذۡ تَبۡيِيۡنِ
Hukum nun mati / sukun نۡ dan tanwin ٌ ٍ ً dibagi menjadi 4 hukum jika bertemu dengan huruf hijaiyah silahkan simak pembagiannya:
  1. Idzhar.
    فَلۡاَوَّلُ الۡاِظۡهَارُ قَبۡلَ الۡاَحۡرُفِ لِلۡخَلۡقِ سِتٌّ رُتِّبَتۡ فَلۡتَعۡرِفِ
    Secara bahasa idzhar adalah jelas. sederhananya, idzhar adalah bilamana ada nun sukun (نۡ) dan tanwin ( ٌ  ٍ ً ) bertemu dengan huruf idzhar maka harus dibaca jelas makhroj nun atau tanwin nya seperti "an" "in" "un".

    Idzhar memiliki 6 huruf yang menjadi tanda atau ciri bahwa suatu kalimat hukum bacaannya adalah idzhar, diataranya adalah:
    أ ه ع غ ح خ

    Contoh:
    عَذَابٌ عَظِيۡم ۝
    --> dibaca "'adzaabun 'adzhiiiiiim".
    ada dhomah tain ٌ bertemu dengan huruf "ain" ع, jadi kata عَذَابٌ dibaca jelas dhomah tainnya sebagaimana semestinya "ba dhomah tain = bun". karena huruf ain (ع) adalah huruf idzhar, maka fungsi tanwin dibaca jelas "'adzaabun".

    Contoh lain:

    حِجّارَۃٌ اُعِدَّتۡ --> ٌ bertemu dengan ا
    رَغَدًا حَيۡثُ --> ً bertemu dengan ح

  2. Idghom.
    وَالۡثَّانِ إِدۡغَامٌ بِسِتَّۃٍ اتَتۡ فِيۡ يَرۡمَلُوۡنَ عِنۡدَهُ قَدۡ ثَبَتَتۡ
    Secara istilah idghom adalah memasukan nun sukun atau tanwi di huruf pertama ke huruf yang kedua sehingga huruf yang kedua menjadi huruf berharokat tasydid.

    Contoh:
    اَنۡدَادًا وَاَنۡتُمۡ --> dibaca "an'daadaw wan'tum" tidak dibaca "an'daadan wa an'tum" karena huruf dal berharokat tanwin دً bertemu dengan wau berharokat fatah و, yang menjadi ciri idghom di sini adalah tanwin ( ً  ) bertemu dengan huruf wau ( و ), maka huruf wau و dianggap berharokat tasydid walaupun harokat tasydidnya tidak ditulis.

    huruf idghom seluruhnya ada 6 yaitu:
    ي ر م ل و ن
    dikumpulkan dalam kata يَرۡمَلُوۡنَ

    lalu idghom dibagi dua:
    -Idghom bigunnah atau idghom ma'al gunnah.
    idghom bigunnah memiliki 4 huruf:
    ي ن م و
    Contoh idghom bigunah:
    اَنۡدَادًا وَ --> dibaca "an'daadawwa" bukan dibaca "an'daadanwa" karena "wau" و adalah ciri untuk idghom yang dianggap berharokat tasydid ّ karena ada tanwin pada huruf sebelumnya.

    رَيۡبٍ مِ --> dibaca "roibimmi" kasroh tain / tanwin ٍ bertemu dengan huruf mim م.

    Kecuali lafadz دُنۡيَ harus dibaca "dunya" bukan "duyya" ataw lafadz سِنۡوَانٍ dibaca "sinwanin" tidak dibaca "siwwanin".
    Karena dengan mengucapkan sesuai dengan apa yang tertulis tanpa dihukumi idghom maka tidak merusak makna kalimat دُنۡيَ dan سِنۡوَانٍ .

    -Idghom bila gunnah.
    Memiliki 2 huruf:
    ل dan ر

    Contoh idghom bila gunah:
    هُدًی لِّلۡمُتَّقِيۡن --> dibaca "hudal lilmuttaqiiiiiin" tidak dibaca "hudan lilmuttaqiiiiiin". karena fatah tain / tanwin bertemu dengan huruf "lam" ل, maka huruf lam dianggap beryasydid walaupun tidak tertulis harokat tasydidnya.
  3. Iqlab.
    ً وَالثَّالِثُ الۡاِقۡلَابُ عِنۡدَالۡبَاءُ مِمَّا بِغُنَّۃٍ مَعَ الۡاِخۡفَاءَ
    Secara istilah, pengertian iqlab adalah merubah nun sukun atau tanwin menjadi mim ( (م
    Sebagaimana qo'idahnya:
    قَلۡبُ النُّوۡنِ السَّاكِنِ اَوِالتَّنۡوِيۡنِ مِيۡمًا لَفۡظً لَا خَطً حَالَتَانِ دُخُلِهِمَا بَاءَ مَعَ غُنَّۃٍ
    Contoh:

    صُمٌّ بُكۡمٌ dibaca "shummum bukmun" bukan "shummun bukmun", karena apabila nun sukun (نۡ) atau tanwin ( ٌ ٍ ً ) bertemu dengan huruf ba (ب) maka hukumnya adalah iqlab yang berarti bahwa dhomah tain dalam contoh di atas menjadi mim (م).
    Huruf iqlab hanya 1 yaitu huruf ب.

    Contoh lain: مِنۡ بَعۡدِ dibaca "mim ba'di"
    اَنۡبِئُوۡنِيۡ dibaca "ambiuunii"
  4. Ikhfa.
    وَالرَّبِعُ الۡاِخۡفَاءُ عِنۡدَ الۡفَاضِلِ

    Secara istilah, ikhfa adalah menyamarkan nun sukun (نۡ) dan tanwin ( ٌ ٍ ً ).
    contoh وَمِنۡ شَرِّ dibaca "wamin'syarri" bukan dibaca "wamin syarri" dan jangan terlalu dibaca berdengung seperti "wamingsyarri" tapi vokal "ng" nya disamarkan.

    Huruf ikhfa ada 15 yaitu:
    ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ك ق

    صِفۡ ذَاثَنَا كَمۡ جَدَّ شَخۡصٌ قَدۡ سَمَا دُمۡ طَيِّبَا زِدۡفِيۡ تُقٰی ضَعۡ ظَا لِمَا
  5. Berusahalah selalu Berakhlaq sebagai manusia terpuji
    Betapa selalu bersungguh
    seseorang yang luhur
    derajatnya

    Tetaplah menjadi manusia baik
    tambah taqwamu
    Dan jauhilah orang yang suka menganiaya.
واﷲ اعلم بالصّوب
Read More

Selasa, 27 November 2018

Belajar tajwid | Surat Al-fatihah beserta hukum tajwidnya






بِسۡمِ ﷲِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحيۡمِ ١۝


"Bismillaahi rrohmaani rrohiiiiiim".

اَلحَمۡدُ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعَالَمِيۡنَ ٢۝
"Alhamdu lillaahi robbil'aalamiiiiiin".

الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِ ٣۝ 
"Arrohmaani rrohiiiiiim".

مَالِكِ يَوۡمِ الدِّيۡنِ ٤۝
"Maaliki yaumiddiiiiiin".

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ ٥۝
"iyaaka na'budu waiyaaka nasta'iiiiiin".

اِهۡدِنَ الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِيۡمِ ٦۝
"Ihdinasshiroothol mustaqiiiiiim".

صِرَاطَ الَّذِيۡنَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ المَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡنَ ٧۝
"Shirootholadziina an'amta 'alaihimghoiril magdhuubi 'alaihim waladdhoooooolliiiiiin". 

keterangan:
Tarqiq بِسۡمِ اللّٰهِ, لِلّٰهِ
"Ro" tafkhim رَ
Alif lam syamsiyah وَلَاالضَّ, نَ الصِّ, مِ الدِّيۡن
Alif lam qomariyah طَ الۡمُ, رِالمَ, بِ الۡعَا
Mad aridh lissukun لِيۡنَ ۝, قِيۡمِ ۝, دِيۡنِ ۝ 
mad thobi'i مَغۡضُوۡ, صِرَاطَ, مَالِكِ
Harfu layin لَيۡ, غَيۡ, يَوۡ
Izhar أَنۡعَ
Izhar safawi عَمۡتَ
Mad lazim mutsaqol kalimi  ضَآلِّ

Dalam surat A-lfatihah, lafadz basmalah termasuk kedalam ayat, yang akan saya garis bawahi di sini adalah hukum tajwid lam jalalah yang terdapat pada lafadz  Allah. Sebagai pembahasan awal di artikel kali ini.

Lam jalalah pada lafadz Allah mempunyai dua hukum yaitu tarqiq (dibaca tipis) dan tafkhim (dibaca tebal).

Dibaca tarqiq jika huruf sebelum lafadz Allah adalah berharokat kasroh. Seperti contoh lafadz "bismillah" بِسۡمِ ﷲِ, huruf mim ِم  berharokat kasroh berada di sebelum lafadz Allah, maka lafadz Allah dibaca tarqiq (tipis)

Dibaca tafkhim jika huruf sebelum lafadz Allah berharokat fatah atau dhomah. Seperti contoh:
عِنْدَ اللّٰهُ sebelum lafadz Allah ada harokat fatah, maka lafadz Allah harus dibaca tafkhim (tebal).
رَسُوْلُ ﷲ sebelum lafadz Allah ada harokat  dhomah, maka lafadz Allah dibaca tafkhim (tebal).

Hukum mad di dalam lafadz اللّٰه adalah mad ta'zim.

Pembahasan ke 2 yaitu alif lam syamsiah.
Apa itu alif lam syamsiah?.
Alif lam syamsiah adalah hukum bacaan Al-quran dimana suatu kalimat memiliki huruf alif dan lam  mati tapi tidak dibaca makhroj lam nya, seperti contoh:

مِنَ النّاَسِ ada huruf alif dan lam pada kalimat "minan naasi" tapi tidak dibaca  makhroj lamnya, tidak dibaca "minal naasi" tapi  dibaca "minan naasi".
Kenapa tidak dibaca makhroj lam nya?
Alasan pertama karena terlihat jelas ada tasydid.
Alasan  kedua karena huruf nun yang bertasydid tadi adalah salah satu huruf yang menjadi ciri alif lam syamsiah.

adapun  ciri alif lam syamsiah ada 14 huruf, diantaranya adalah:
ت ث د زرذ س ش ص ض ط ظ ل ن yang diawali huruf ال 

Pembahasan ke 3 adalah alif lam qomariyah. Apa itu alif lam qomariyah?. 

Alif lam qomariyah adalah kebalikan dari alif lam syamsiah, itu artinya kalimat yang makhroj lamnya dibaca.
Seperti contoh:

رَبِ العَالميْنَ dibaca "robbil 'aalamiina" bukan "robbi' 'aalamiina"

غَيْرِ المَغْضُوبِ dibaca "goiril magdhuubi" bukan "goirim magdhuubi".

Adapun ciri hurufnya adalah:
ا ب غ ح ج ك و خ ف ع ق ي م ه yang diawali huruf ال.

Pembahasan ke 4 yaitu izhar, dimana nun sukun / mati نْ atau tanwin ً dibaca jelas jika bertemu huruf - huruf seperti berikut: 
أ ه ع غ ح خ 

Seperti contoh: 

عَذَابٌ أَلِيْم "'adzaabun aliim" dihukumi izhar karena harokat tanwin / dhomah tain bertemu dengan alif.

أَنْعَمْتَ dibaca "an'amta" kata "an'a" أَنۡعَ hukumnya izhar karena nun sukun bertemu dengan huruf 'ain ع.

Pembahasan ke 5 yaitu izhar safawi. hukum mim sukun / mati  ketika bertemu huruf - huruf hijaiyah dari mulai ا sampai ي kecuali huruf mim م dan ب.
Seperti contoh: 

أَنْعَمْتَ "an'amta". kata "amta" عَمۡتَ adalah izhar safawi karena ada huruf mim sukun مْ bertemu dengan huruf ta ت.

Wallahu a'alam bishowab...

Read More

Sabtu, 24 November 2018

Belajar tajwid | mengenal tanda baca mad lazim harfi musyba, harfi mukhofaf, mad farqi, dan mad tamkin.





Mad far'i yang keseluruhannya ada 14, sudah 10 yang saya bahas sebelumnya, tinggal 4 mad lagi yang menjadi bahasan terakhir tentang bab mad, yaitu mad lazim harfi musyba, mad lazim harfi mukhofaf, mad farqi dan mad tamkin

K. Mad lazim harfi musyba'. adalah mad yang biasa kita temui di awal surat seperti awal surat albaqoroh الٓمّ (mutsaqol) disebut mutsaqol karena ada harokat tasydid. dibaca panjang 6 harokat kemudian sedikit menghentak pada huruf yang bertasydid. dibaca "alif laaaaaammiim" atau الٓرّ "alif laaaaaamrroo", kedua ayat tadi adalah contoh mad lazim harfi musyba'.


selain mad lazim harfi musba' mutsaqol ada juga yang mukhofaf


contoh:  كٓهيعٓصٓ dibaca "kaaaaaaf ha ya 'aiiiiiin shooood" atau نٓ dibaca "nuuuuuun" dan masih banyak lagi contoh lainnya yang bisa kita temukan di Al-quran.


L. Mad lazim harfi mukhofaf. sama seperti mad lazim harfi musyba', mad lazim harfi mukhofaf juga sering kita temukan di awal - awal surat yang mana mad ini mempunyai 5 ciri huruf yaitu:ح, ط, ه, ر, ي


contoh:

حٰمٓ  "haa miiiiiim" = yang menjadi ciri hukumnya adalah huruf ح dibaca 2 harokat.

طٰهٰ "thoo haa" = yang menjadi ciri hukumnya adalah huruf ط dan ه dibaca panjang 2 harokat.


يٰسٓ "yaa siiiiiin" = yang menjadi ciri hukumnya adalah huruf ي dibaca panjang 2 harokat.


M. Mad farqi. adalah mad yang terjadi apabila ada mad badal bertemu dengan huruf bertasydid. Panjang harokat untuk mad farqi adalah 6 harokat.


Masih ingat kan badal pada pembahasan di artikel sebelumnya?..


Baiklah, untuk mengingat kembali, saya jelaskan apa itu mad badal.

mad badal adalah huruf hamzah = أَ /  ءَ yang berharokat patah bertemu dengan huruf alif = ا yang menjadi ciri mad thobi'i lalu keberadaan alif sebagai ciri mad digantikan oleh fatah berdiri. Untuk penjelasan lengkapnya silahkan lihat di sini.

Kembali ke pembahasan tentang mad farqi, berikut ini adalah contohnya:


Pertengahan ayat ke 143 surat Al-an'am

قُلْ ءٰٓالذّكَرَيْنِ dibaca "qul aaaaaadzzakaroini" huruf hamzah berharokat fatah berdiri adalah tanda bahwa huruf hamzah dihukumi mad farqi dibaca panjang 6 harokat. Seperti halnya mad wajib muttasil dan mad jaiz mun'fasil, maka pada huruf yang dihukumi mad farqi pun diberi tanda harokat seperti alis.

Pertengahan ayat ke 59 surat Yunus

قُلْ آٰللّٰهُ اَذِنَ لَكُمْ dibaca "qul aaaaaallaahu adzina lakum". yang dihukumi mad farqi adalah huruf hamzah. Ingat ya setiap ada huruf alif berharokat adalah hamzah bukan alif, karena sebenarnya alif tanpa harokat adalah ciri mad, namun sudah jadi kebiasaan di kita jika huruf alif berharokat dibaca alif bukan hamzah.

Pertengahan ayat ke 59 surat An-naml

ءٰٓللّٰهُ خَيْرٌ dibaca "Aaaaaallaahu khoirun". Seperti contoh sebelumnya yang dihukumi mad farqi adalah hamzah berharokat fatah. Dibaca panjang 6 harokat.

N. Mad tamkin. Adalah hukum mad jika huruf ya berharokat kasroh = يِ bertemu dengan huruf ya sukun = يْ. seperti yang kita ketahui huruf ya sukun يْ adalah ciri mad thobi'i, namun jika yang menggunakan harokat kasrohnya adalah huruf ya ي maka bukan lah mad thobi'i tapi mad tamkin.


Maka bisa disimpulkan bahwa ciri dari mad tamkin adalah huruf ya ي ganda dengan syarat huruf ya ي yang pertama berharokat kasroh atau karoh berdiri يِ dan huruf ya setelahnya adalah ya sukun يْ dalam satu kalimat, tapi jangan mentang - mentang ada huruf kembar lalu dihukumi idghom mutamad silain, karena idghom mutamad silain mempunyai ciri - ciri khusus yang akan saya jelaskan insya Allah pada kesempatan lain dan dalam artikel yang lain pula.


Berikut ini adalah contoh mad tamkin:

اَلنَّبِيّٖيْنَ بِغَيْرِ dibaca "annabiyyiina bighoiri" = yang dihukumi mad tamkin adalah ya kasroh, dibaca panjang 2 harokat

Di alquran yang lain kita bisa temukan penggalan ayat ke 61 surat Al-baqoroh tadi dengan tulisan yang berbeda yaitu ya kasroh berdiri tanpa ada huruf ya sukun yang menjadi mad seperti berikut:


اَلنَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ  bukan اَلنَّبِيّٖيْنَ بِغَيْرِ. Sebenarnya penulisan ayat keduanya sama saja tak merubah arti atau pun hukum tajwid, hanya saja metode penulisannya saja yang berbeda, ya sukun يْ yang seharusnya menjadi tanda mad di badalkan / diganti dengan kasroh berdiri. Seperti halnya surat Al-fatihah ayat ke 4:

مَا لِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ juga ditulis مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ di alquran yang berbeda tapi tak merubah makna maupun hukum tajwid. kata "maaliki" hukumnya mad thobi'i bukan mad badal, karena mad badal mempunyai ciri khusus yaitu hamzah berharokat fatah أَ bertemu dengan huruf alif ا seperti yang sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya.

Sederhananya, kita bisa tahu bahwa suatu kalimat hukumnya mad tamkin adalah huruf ya berharikat kasroh berdiri يٖ supaya tidak membingungkan anda yang baru belajar Al-quran. Karena nantinya anda akan lebih faham dengan terus belajar yang tentunya harus dengan guru pembimbing.


Selesai sudah pembahasan tentang mad di blog ini. Mohon dikoreksi bila ada kesalahan.


Wallahu a'alam bishowab...


Berikut ini adalah video nadzom tajwid versi sunda yang dibawakan oleh para santri yang diambil dari hasan udin chanel


Read More

Kamis, 22 November 2018

Belajar tajwid | mengenal mad iwad, mad lazim mutsaqol kalimi, mukhofaf kalimi, mad layin, mad silah qosiroh



Masih melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang mad far'i yang memiliki banyak jenisnya, kali ini yang akan saya bahas adalah mad iwad, mad lazim mutsaqol kalimi, mad lazim mukhofaf kalimi, mad silah qosiroh, mad silah thowilah dan mad layin atau biasa kita sebut mad lin atau mad len beserta simulasi tajwidnya agar lebih difahami antara definisi dan contoh - contohnya.

E. Mad Iwad adalah mad yang tejadi jika di akhir kalimat ada harokat tanwin dengan tanda mad yaitu alif, maka harokat tanwin diganti menjadi fatah dan dibaca 2 harokat

Contoh:
Ujung ayat ke 6 surat Al-Balad لُبَدًا = dibaca "lubadaa"

F. Mad lazim mutsaqol kalimi mad thobi'i yang bertemu huruf bertasydid dalam satu kalimat dan harus dibaca panjang 6 harokat. Seperti halnya mad wajib muttasil dan mad jaiz mun'fasil, mad lazim mutsaqol kalimi memiliki tanda harokat seperti alis.

Contoh:
Ujung ayat ke 7 surat Al-fatihah وَلَا الضَّآلِّيْنَ = waladhoooooolliin. Pada ayat ini huruf dhod berharokat fatah hukumnya adalah mad lazim mutsaqol kalimi, dibaca panjang 6 harokat kemudian langsung masuk ke huruf lam bertasydid "dhoooooolliin".

G. Mad lazim mukhofaf kalimi tak jauh berbeda dengan mad lazim mutsaqol kalimi, yang membedakan adalah huruf setelah alif adalah huruf berharokat sukun bukan tasydid.

Contoh:
Surat yunus ayat 51 dan 91
ءَآلْئٰنَ hamzah berharokat fatah dibaca panjang 6 harokat "aaaaaal-aana".

H. Mad layin mad lin atau mad len di lidah orang indonesia hehe...
adalah harfu layin yang berada di ujung ayat atau waqof. Apa itu harfu layin?.. harfu layin, atau lin, atau len adalah hukum tajwid yang bilamana harokat fatah bertemu dengan huruf ya sukun يْ atau fatah bertemu dengan wau sukun وْ, namun jika berada di ujung kalimat menjadi mad yang berarti harus dibaca panjang 2 sampai 6 harokat.

Contoh:
Ujung surat al-balad ayat 8. عَيْنَيْنِ۝ ada dua hukum di sini. Yang pertama dihukumi harfu layin dan yang kedua dihukumi mad layin. عَيْ 'ai dibaca tanpa memanjangkan harokat, hukumnya adalah layin, lin atau len. نَيْنِ "naiiiiiin" hukumnya adalah mad layin, karena diujung ayat maka nun kasroh = نِ dibaca sukun = نْ tanpa harokat kasroh.

I. Mad silah qosiroh adalah mad dengan dhomir / kata ganti "ha" dhomah, kata ganti dari dhomir هُوَ tanpa diikuti huruf hamzah = أ . Apa itu dhomir?.. dalam ilmu shorof dhomir adalah kata ganti kepemilikan. Untuk mengetahui tentang dhomir secara detail, anda harus belajar ilmu shorof dulu.

Sederhanya kita bisa mengetahui suatu kalimat hukumnya adalah mad silah qosiroh yaitu dengan melihat dari cirinya huruf "Ha" dengan harokat domah terbalik = هٗ tanpa diikuti huruf hamzah = أ.  Kalau di al-quran cetakan indonesia hamzah berharokat biasanya ditulis alif = ا.

Contoh:
Surat al-ihlas ayat 4:
وَلَمْ يَكُنْ لَهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ۝ "lahuu" adalah mad silah qosiroh dibaca panjang 2 harokat

J. Mad silah thowilah sama seperti halnya mad silah qosiroh, cuman bedanya kalau mad silah thowilah ada huruf hamzah= أ pada kalimat berikutnya.

Contoh
Surat al-balad ayat 7
اَيَحْسَبُ اَنْ لَّمْ يَرَهٗٓ اَحَدٌ ۝ "yarohuuuuu" dibaca panjang 5 harokat.

Simulasi



لَآ اُقسِمُ بِهٰذا الْبَلَدِ ١۝
"Laaaaaa uqsimu bihaazdal balad"

وَاَنْتَ حِلُّ بِۢهٰذا الْبَلَدِ ٢۝
"wa an'ta hillum bihaadzal balad"

وَوَالِدٍ وَّمَا وَلَدَ  ٣۝
"Wa waalidiw wamaa walad"

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍ ٤۝
"laqod kholaqnal in'saana fii kabad"

اَيَحْسَبُ اَنْ لَّنْ يَقْدِرَعَلَيْهِ اَحَدٌ ٥۝
"ayahsabu allay yaqdiro 'alaihi ahad"

يَقُوْلُ اَهْلَكْتُ مَا لًالُّبَدًا ٦۝
"yaquulu ahlaktu maa lallubad"

اَيَحْسَبُ اَنْ لَّمْ يَرَهٗٓ اَحَدٌ ٧۝
"ayahsabu allam yarohuu ahad"

اَلَمْ نَجْعَلْ لَّهٗ عَيْنَيْنِ ٨۝
"allam naj'al lahuu 'ainaiiiiiin"

Keterangan: 
silahkan cek dan tentukan sendiri mana yang termasuk kedalam hukum:
Mad thobi'i,
Mad jaiz mun'fasil
Harfu layin
Mad layin
Mad silah qosiroh
Mad silah thowilah

Semoga bermanfaat.
Read More

Rabu, 21 November 2018

Belajar tajwid | Mad badal




Hukum mad yang termasuk ke dalam mad far'i adalah: 

D. Mad badal adalah huruf hamzah yang bertemu alif yang mana alif sebagai ciri mad digantikan oleh fatah berdiri. Dalam masyarakat kita yaitu indonesia lebih suka menyebut huru hamzah = ء sebagai huruf alif = ا karena penulisan alquran di kita berbeda dengan alquran buatan orang timur tengah dalam menulis tanda mad atau huruf alif berharokat yang lebih tepatnya bukan alif tapi hamzah. Huruf alif sebenarnya digunakan untuk tanda mad dan setiap huruf alif yang berharokat bukanlah alif tapi huruf hamzah.
Seperti contoh:
وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ اُوْلىٰ = Alquran standar indonesia.

وَلَلْأٰخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ أُولىٰ = Alquran cetakan arab / timur tengah.
"Walal aakhirotu" adalah mad badal karena fatah berdiri =  اٰ  adalah pengganti huruf alif yang menjadi tanda mad untuk mad badal. Berbeda dengan mad thobi'i yang mempunyai tiga huruf yang menjadi ciri mad yaitu اوي, mad badal hanya mempunyai satu ciri huruf saja yaitu hamzah = أ dengan harokat fatah berdiri.

Simulasi
Silahkan cek yang mana mad asli dan yang mana mad far'i
Mad asli / mad thobi'i
Mad wajib muttasil
Mad badal





وَالضُّحٰى ١۝
 "Wadhuhaa"

ولَّيْلِ اِذَا سَجیٰ ٢۝
"Wallaili idzaa sajaa"

مَا وَالدَّعَكَ رَبُّكَ ومَا قَلٰی ٣۝
"Maa wadda'aka robbuka wamaa qolaa"

وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْاُولٰی ٤۝
"Walal aakhirotu khoirullaka minal uulaa"

وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرضٰى ٥۝
"Walasaufa yu'thiika robbuka fatardhoo"

اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَأٰوٰى ٦۝
"Alam yajidka yatiiman' fa-aawaa"

وَوَجَدَكَ ضَآ لًّا فَهَدٰا ٧۝
"Wawajadaka dhoooooollan' fahadaa"

وَوَجَدَكَ عَآءِلًا فَاَغْنٰی ٨۝
"Wawajadaka 'aaaaa-ilan fa-agnaa"

فَاَمَّاالْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ ٩۝
"fa-ammal yatiima falaa taqhar"

وَاَمَّا الْسَّآءِلَ فَلَا تَنْهَرْ ٠١۝
"Wa ammassaaaaa۔ila falaa tanhar"

وَاَمَّا بِنِعمَۃِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ١١۝
"wa ammaa bini'mati robbika fahaddits"

Mudah kan?..
Semoga bermanfaat.

Read More

Senin, 19 November 2018

Belajar tajwid | mad aridh lissukun dan tanda waqof






Melanjutkan bahasan sebelumnya tentang mad wajib muttasil dan mad jaiz mun'fasil, kali ini saya akan menjelaskan hukum mad aridh lissukun yang termasuk kedalam mad far'i.
Apa itu mad aridh lissukun ?.
  • C. Mad aridh lissukun adalah mad thobi'i yang berada di ujung kalimat atau berhenti pada tanda waqof.

    Dihukumi mad arid lissukun jika berhenti di ujung kalimat / ayat atau pada tanda waqof, namun jika diteruskan tanpa berhenti di ujung kalimat / ayat atau pada tanda waqof, maka hukumnya adalah mad thobi'i.

    Sebelum ke pembahasan mad aridh lissukun penting rasanya kita tahu apa itu waqof ?
    Waqof adalah berhenti saat membaca alquran.
    Ada beberapa sebab kenapa kita harus berhenti saat membaca Alquran diantaranya adalah:
    1. Karena ada tanda waqof.
    2. Karena berada di akhir ayat.
    3. Karena nafas tidak memungkinkan untuk melanjutkan bacaan. Saat membaca alquran kita tidak diperkenankan mengambil nafas sembarangan, boleh berhenti untuk mengambil nafas jika tidak kuat saat membaca alquran, tapi mengulang kembali apa yang sudah kita baca dari kata atau suku kata di akhir kalimat saat kita berhenti tadi, kemudian menyelesaikan bacaan dalam satu ayat.

    Lalu apa itu washol ?
    Washol adalah melangsungkan bacaan dalam dua ayat / kalimat sekaligus tanpa jeda untuk mengambil nafas.
    Untuk pembahasan waqof dan washol akan saya paparkan secara rinci satu persatu di artikel ini. Sekarang saya fokuskan dulu pada pembahasan mad aridh lissukun.

    Seperti yang sudah dijelaskan di atas mad aridh lissukun adalah mad thobi'i di ujung kalimat atau berada pada tanda waqof.

    Contoh:
    Surat alfatihah ayat 1 :
    اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ٠
    عَالَمِيْنَ dibaca "'aalamiiiiiin", bukan dibaca "'aalamiiiiiina".
    Nun berharokat fatah = نَ jadi nun mati/ nun sukun = نْ, maka mim dikasroh = مِ dihukumi mad aridh lissukun, karena letaknya diujung ayat, boleh dibaca 4 harokat, atau 6 harokat.

    Jika dibaca washol, maka hukumnya adalah mad thobi'i dibaca panjang 2 harokat saja tanpa membuang harokat di ujung ayat menjadi sukun = نْ .  jadi kata عَالَمِيْنَ٠ di baca 'aalamiina -> dilanjutkan dengan ayat berikutnya tanpa jeda untuk mengambil nafas.
Mengenal tanda waqof
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas tentang apa itu waqof, apa itu washol. Nah.. selanjutnya yang perlu kita ketahui dalam membaca alquran adalah mengenali tanda - tanda waqof.

Tanda - tanda waqof:

  • waqof Mutlaq = ط yang artinya harus berhenti
  • waqof lazim dengan tanda mim keci yang artinya harus berhenti tidak boleh washol
     
  • Waqof jaiz = ج yang artinya boleh berhenti, boleh washol.
  • Waqof alwaqfu aula = قلى yang artinya sangat disarankan untuk berhenti, tapi tidak apa - apa kalau mau lanjut (washol)
  • Waqof alwashlu aula = صلى sangat disarankan lanjut (washol), tapi tidak apa - apa kalau mau berhenti
  • Waqof mu'anaqoh = .: (tiga titik) bisa kita lihat di surat albaqoroh ayat dua, di sana ada dua tanda waqof mu'anaqoh yang artinya berhentilah di salah satu tanda titik tersebut, jangan berhenti di keduanya.
  • Waqof La washol = لا yang artinya kita boleh berhenti untuk mengambil nafas jika tidak kuat melanjutkan, akan tetapi harus mengulang bacaan dari kata atau suku kata di akhir ayat saat kita berhenti tadi, kemudian melanjutkan bacaan.
  • Waqof saktah سكته yang artinya harus berhenti tapi tidak boleh mengambil nafas.


Mengetahui tanda baca atau hukum - hukum dalam ilmu tajwid pada ayat - ayat alquran sangatlah penting, agar kita tidak asal - asalan saat membaca. Semoga bermanfaat.
Read More

Jumat, 16 November 2018

Belajar tajwid | mad wajib muttasil dan mad jaiz mun'fasil beserta ciri - cirinya









Assalamu'alaikum wr.wb.
Melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang mad, kali ini saya akan mengenalkan "mad wajib muttasil" dan "mad jaiz mun'fasil" yang termasuk ke dalam mad far'i yang memiliki 14 jenis mad. Untuk yang belum kenal, yuk kita kenali apa itu mad wajib muttasil, dan apa itu mad jaiz mun'fasil dan apa sih ciri - ciri keduanya??
Untuk yang sudah kenal boleh mengabaikan artikel ini tapi jangan dilupakan alqurannya. Atau tetap nyimak, karena siapa tahu ada yang perlu ditambahkan atau diperbaiki apa yang sudah saya tulis di artikel ini. Karena manusia tempatnya salah dan lupa.

Lanjut.!!

Mad far'i:


  • A. Mad wajib muttasil adalah mad thobi'i yang bilamana bertemu dengan huruf hamzah = ء dalam satu lafadz maka harus dibaca 5 harokat. Seperti contoh: جَزَاءَdibaca jazaaaaa'a. Kita bisa mengetahui suatu huruf adalah mad wajib muttasil dengan ciri harokat seperti alis dan huruf hamzah di ujung lafadz seperti gambar di bawah ini.



    Lafadz جَزَا adalah madthobi'i namun pada contoh gambar diatas tidak bisa dikatakan madthobi'i karena ada huruf hamzah = ء dan posisi hamzah disini adalah merupakan bagian dari lafadz itu sendiri (جَزَاءً) yang artinya balasan.
  • B. Mad jaiz mun'fasil adalah mad thobi'i yang bilamana bertemu dengan huruf alif dalam dua lafadz. Seperti contoh:



  • Jika kita perhatikan مَا adalah madthobi'i namun lafadz setelahnya ada huruf alif dengan harokat fatah pada lafadz أَصْحَابُ maka tidak bisa dikatakan mad thobi'i tapi mad jaiz mun'fasil karena ada alif di depannya yang bukan bagian dari lafadz itu sendiri tapi ada dua suku kata yaitu مَا dan أَصْحَابُ. Huruf م fatah hukumnya mad jaiz mun'fasil, harus dibaca panjang bisa 2 harokat, 4 harokat dan 6 harokat.

    Seperti halnya mad wajib muttasil, mad jaiz mun'fasil ini bisa dengan mudah kita ketahui dengan tanda harokat seperti alis, hanya saja pada mad jaiz mun'fasil ada huruf alif pada lafadz di depannya.

Itulah tadi penjelasan singkat tentang mad wajib muttasil dan mad jaiz mun'fasil dengan ciri - cirinya. Semoga mudah difahami.
Wassalamu 'alaikum wr.wb.
Read More

Rabu, 14 November 2018

Belajar tajwid | mad thobi'i dan ciri - cirinya





Assalamu 'alaikum wr.wb.
Rasulullah 9 bersabda:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
Artinya:
"Bacalah Alquran, karena ia akan menjadi syafa'at bagi penghafalnya di hari kiamat" ( H. R. Muslim)

من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟
فيقال : بأخذ ولدكما القرآن

Artinya:
"Barang siapa menghafal Alqur-an, mengkajinya dan mengamalkannya maka Allah akan memberikannya mahkota bagi kedua orangtuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orangtuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia, kemudian orangtuanya bertanya: "kenapa sampai saya diberi pakaian semacam ini? ", lalu disampaikan kepadanya: "dikarenakan anakmu telah mengamalkan alquran" (H.R. Alhakim dan dihasanahkan oleh Al-abani)

Dari hadits diatas menjelaskan hikmah dari membaca alquran dan menghafal alquran, untuk menyempurnakan bacaan alquran,  maka ulama mengajarkan kita metode membaca alquran yang baik dan benar melalui para guru yang kita kenal dengan ilmu tajwid agar bacaan kita sempurna tidak asal, karena jika beda atau salah pengucapan baik makhrojul huruf, harokat, dan tanda baca yang lainnya maka akan merubah makna yang semestinya.

Untuk mengawali pembahasan tajwid bagi pemula, saya akan coba dengan hal yang sederhana dulu yaitu mengenal "mad".
Mad adalah hukum memanjangkan harokat bilamana sebuah harokat fatah, kasroh dan dhomah ُ- ِ- َ- memiliki tanda baca yang mengharuskan sebuah huruf dibaca panjang, adapun panjang harokat bisa 2 harokat, 4 harokat, 5 harokat dan 6 harokat tergantung jenis madnya.

mad dibagi dua:


  1. Mad asli atau biasa kita kenal dengan mad thobi'i.
  2. Mad far'i yang memiliki banyak jenis dibandingkan mad asli yang cuma mad thobi'i saja.


Mad thobi'i.
Ada tiga huruf yang menjadi sebab ciri mad thobi'i yaitu ا و ي panjang harokat untuk mad thobi'i adalah 2 harokat. Adapun ciri - cirinya adalah:
  1. Huruf Alif ا mati bertemu dengan fatah َ-
    Contoh:
    مَا لِك, اِ يَّا كَ , صِرَاطَ
    ٠Lafadz مَالِكِ dibaca panjang 2 harokat pada huruf  م fatah, dibaca maaliki.
    ٠Lafadz اِيَّاكَ dibaca panjang 2 harokat pada huruf ي  fatah, dibaca iyyaaka.
    ٠Lafadz صِرَاطَ juga dibaca panjang dua harokat pada huruf ر fatah, dibaca shirootho.
  2. Huruf Ya ْي mati bertemu dengan kasroh ِ-
    Contoh:
    أَلرَّحِيْمِ, أَلدّيْن, نَسْتَعِيْنُ
    ٠Lafadz اَلرَّحِيْمِ dibaca panjang 2 harokat pada huruf ر kasroh, dibaca arrohiimi.
    ٠Lafadz اَلدّيْنِ dibaca panjang 2 harokat pada huruf د kasroh, dibaca addiini.
    ٠Lafadz نَسْتَعِيْنُ dibaca panjang 2 harokat pada huruf ع kasroh, dibaca nasta'iinu.
  3. Huruf Wau وْ mati bertemu domah ُ-
    Contoh:
    مَغْضُوْبِ, يُؤْمِنُوْنَ, يُنْفِقُوْنَ
    ٠Lafadz مَغْضوْبِ dibaca panjang 2 harokat pada huruf ض   dhomah, dibaca magdhuubi.
    ٠Lafadz يُؤْمِنُوْنَ dibaca panjang 2 harokat pada huruf ن dhomah, dibaca yu-minuuna.
    ٠Lapadz يُنْفِقُوْنَ dibaca panjang 2 harokat pada huruf ق dhomah, dibaca yun'fiquuna.
Demikian tadi beberapa contoh mad thobi'i dan ciri - cirinya yang perlu kita ketahui agar bisa membedakan mana mad, mana yang bukan mad saat membaca alquran. Semoga bermanfaat.
Wassalamu 'alaikum wr.wb.

Read More