Rabu, 07 November 2018

Rukun Iman dan makna lafadz tauhid

Assalamualaikum wr.wb.
Segala puji hanya milik Allah yang menguasai seluruh alam tidak ada sesuatu apapun yang berhak disembah kecuali Allah, dan hanya kepadanyalah kita memohon pertolongan dari perkara - perkara dunia dan akhirat. Tak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah yang maha tinggi dan maha agung. Sholawat dan salam semoga tercurah atas baginda nabi Muhamad saw. Beserta keluarganya dan para sahabat - sahabatnya.

Artikel kali ini melanjutkan bahasan sebelumnya tentang rukun islam, kali ini kita akan sama - sama belajar tentang rukun iman yang dinukil dalam kitab sarah safinatun najah. Jika ada yang kurang atau salah dalam tulisan saya, saya mohon dikoreksi, karena saya juga butuh masukan sebagai proses pembelajaran agar lebih baik.

Pasal: rukun iman
Sebagaimana kita tahu bahwa rukun iman ada 6. Yang sudah semestinya kita hafal karena sejak dari usia dini biasanya kita sudah diperkenalkan rukun iman baik oleh orang tua maupun guru - guru di sekolah, madrasah maupun pengajian.

  1. Beriman kepada Allah. Meyakini bahwa Allah itu ada,Allah itu dahulu mustahil ada yang mendahului, Allah itu kekal mustahil Allah itu binasa, Allah tidak sama dengan sesuatu apapun yang menjadi ciptaanNya, ilmu Allah itu meliputi segala perkara yang tidak bisa dijangkau oleh otak manusia, Allah itu tunggal tidak berbilang, Allah Maha kuasa atas segalanya, Allah maha berkehendak, Allah maha mengetahui, Allah maha mendengar, Allah maha melihat, Allah maha berucap. Sifat - sifat Allah tadi adalah sebagian dari 20 sifat - sifat  Allah yang dirumuskan oleh ulama salaf yaitu imam Abu Hasan Alasy'ari yang hidup di abad ke tiga tahun hijriyah yang eksistensi maupun keilmuannya diakui oleh para ulama dunia sebagai mujtahid. Aqidah yang menjadi identitas Ahlusunah waljama'ah yang sebagian besar pengikutnya adalah  bermahzab syafi'i dalam hal fiqih. 
  2.  Beriman kepada para malaikat. Percaya akan keberadaan para malaikat sebagai makhluk yang Allah ciptakan dari cahaya yang lembut. Tidak berwujud laki - laki tidak pula berwujud perempuan dan tidak beribu ataupun ayah karena malaikat diciptakan tidak melalui proses melahirkan. Makhluk yang selalu membenarkan apa yang diperintahkan Allah tanpa protes, tidak membutuhkan makan atau pun minum, tidak membutuhkan tidur dan tidak memiliki sahwat. Malaikat berbeda dengan manusia, mereka tidak mendapatkan hisab dari Allah S.W.T. atas apa yang sudah mereka perbuat. 
  3. Beriman kepada kitab - kitab Allah. Makna iman kepada kitab - kitab Allah yaitu membenarkan kitab - kitab yang Allah turunkan melalui para utusan Allah adalah kalamullah (perkataan Allah).  Diantaranya adalah kitab taurat, zabur, injil dan yang terakhir alquran, kitab yang menyempurnakan kitab - kitab sebelumnya yang kontradiktif dengan aqidah yang dibawa oleh nabi - nabi sebelumnya karena kejahilan umat. Dengan turunnya wahyu Allah kepada nabi muhamad berarti menghapus syari'at - syariat sebelumnya. 
  4. Beriman kepada utusan - utusan Allah. Para utusan Allah adalah seutama - utamanya hamba Allah, manusia yang dipilih dari jalur nasab yang terbaik yang terlahir sebagai laki - laki yang membawa risalah dari Allah melalui jibril dan yang paling utama adalah nabi Muhamad saw yang mengemban tugas untuk menyebarkan perintah Allah kepada seluruh umat manusia maupun jin. Ada banyak utusan Allah yang hanya Allah saja yang mengetahui, namun yang wajib diketahui ada 25 nabi yang Allah utus untuk memerintahkan umat manusia hanya menyembah Allah. 
  5. Beriman kepada hari akhir (kiamat). Meyakini akan adanya hari akhir, adanya hari penghisaban dan hari pembalasan, percaya akan adanya surga dan neraka yang kesemuanya itu adalah rentetan kejadian yang terjadi setelah terjadinya hari kiamat. 
  6. Beriman kepada qodo dan qodar. Percaya bahwa sesuatu yang baik dan buruk itu datang atas kehendak Allah bukan dari sesuatu selain Allah. Adapun makna qodo dan qodar para ulama di kalangan Asya'irah berpendapat, dan yang paling masyhur adalah sebagai berikut: qodo adalah dahulu, ketentuan Allah yang sudah ada sejak jaman azali, sementara qodar adalah hal baru,  ketentuan Allah yang terjadi pada masa setelahnya  (masa sekarang atau masa selanjutnya). Sederhananya seperti misalnya kita diberi sakit, sembuh atau tidaknya atau bahkan mati hanya Allah yang tahu, tapi bukan berarti kita pasrah tanpa berikhtiar mengobati, nah proses mengobati inilah yang disebut menjemput qodar. Sakit adalah qodonya sedangkan sembuh adalah qodarnya. Agak ngejlimet kalau kita bicara masalah qodo dan qodar, yang jelas Allah tidak memerintahkan kita untuk pasrah dengan takdir. Apapun yang akan terjadi kelak baik maupun buruk bukan serta merta menyerahkan semuanya kepada Allah tanpa berikhtiar. Percaya dan berhusnudzon kepada Allah adalah kunci dalam berusaha mencari ridho Allah, karena maha sempurna Allah atas segala rencananya.
adapun makna lafadz tauhid "Lailaha ilallah" menurut imam nawawi sebagaimana yang tertulis di kitab safinatun najah adalah ''tak ada sesuatu apapun yang berhak disembah dalam keberadaannya kecuali Allah". Kesaksian kita mengakui keesaan Allah yang berarti mengakui bahwa hanya Allah yang berhak disembah, bukan kepada ciptaan Allah seperti matahari, rembulan, gunung, laut, dan sebagainya, atau kepada harta, jabatan, gadjet, dan barang - barang berteknologi buatan manusia lainnya.
Kalimat tauhid yang menjadi kunci surga, kalimat yang sering kita ucapkan paling sedikit 10 kali sehari dalam sholat, dan seutama - utamanya dzikir adalah lafadz "lailaha ilallah", dzikir yang membentengi diri kita dari godaan dan gangguan syetan.

Wallahu a'alam bishowab... 


EmoticonEmoticon